Rabu, 28 Agustus 2013

Sostrav Ke Cisaroni Garut.. KISI 02 KMKL

JALAN-JALAN MEN...!!!
Gimana acara liburannya kawan-kawan massa KMKL..? Mudah-mudahan menyenangkan yah.. Mudah-mudahan bukan hanya mendapatkan kebahagiaan semata untuk kita seorang, namun juga bisa menjadi jalan untuk orang lain berbahagia.
Terinspirasi dari salah satu channel YouTube yang menyajikan tayangan jalan jalan di suatu kota akhirnya ada yang namanya kisi 02 Edisi SosTrav.. Sosial Traveling.. Perpaduan antara JALAN-JALAN MEN..!!! Dengan Acara, “ Jika Aku Menjadi...” Dan jadilah  #SosTrav.
Apaan sih SosTrav..? SosTrav adalah acara mengisi liburan kita dengan jalan-jalan ke daerah-daerah yang masih tertinggal di ujung-ujung Dunia yang ada di INDONESIA... Jangan salah loh temen-temen, masih banyak loh desa-desa yang perlu uluran tangan kita. Perlu pencerahan-pencerahan kita yang katanya sih manusia yang  berwawasan, manusia yang berpendidikan. Mereka yang di sana tidak seberuntung kita.  Mereka tidak memiiki kesempatan yang sama dengan kita untuk mengemban ilmu. Dan satu lagi  kawan.. kita juga yang lelah setiap hari hidup di kota sebenarnya bisa menikmati indah dan juga sederhananya kehidupan di desa-desa terpencil loh melalui SosTrav ini..

Kali ini kisi 02 akan menceritakan ngapain aja sih SosTrav itu..? Kebetulan daerah tujuan SosTrav adalah Garut. Kota yang sangat luas dan tidak terlalu jauh dari Bandung. Namun masih banyak desa-desa yang sederhana dan rumah-rumah bilik yang berdiri di kaki-kaki gunung. SosTrav kali ini kita JALAN-JALAN MEN ke kaki gunung Papandayan. Di lokasi perkebunan teh cisaroni di desa Babakan Minggu.

Perjalan di mulai malam hari dari bandung. Jumat malam di mana semua urusan perkuliahan dan juga perkantoran teman-teman yang lain tengah selesai. Barang bawaan kita persiapkan sebelumnya seperti snack-snack kiloan untuk mengadakan acara di sana, chiki permen, susu dan colat kesukaan anak-anak untuk di jadikan hadiah untuk anak-anak di lokasi SosTrav di garut. Tak lupa satu-persatu dari kantong kita pun diisi beras dan sembako secukupnya untuk keperluan makan di lokasi SosTrav nanti. Jangan sampe setelah tiba di lokasi kita malah memberatkan warga sekitar.

Angkutan menuju Garut hanya ada Elf dan juga ada bis kecil, itu pun ada di siang hari. Tapi alternatif yang bisa di ambil malam itu adalah elf. Kebetulan elf yang kita gunakan adalah tujuan Cikajang Garut. Harga elf untuk sampai garut sebesar 15rb per orang. Itu adalah tarif hasil tawar menawar sebelumnya. Kita manggunakan elf jurusan Bandung-Cikajang. Malam itu kita yang bermodalkan Nomor Handphone dan Alamat Desa kitapun nekat menuju desa sasaran. Dan di persimpangan yang gelap turun dari elf harus menggunakan angkot menuju desa lokasi. Beruntungnya jumlah kita yang ber delapan membuat supir angkot mau melayani dengan sistem borongan. Jadi perjalanan tambah menyenangkan dan mudah. Naik Angkot dengan harga 7rb sekali jalan kita langsung di antar di desa yang di tuju. Ternyata rumah ketua RT setempat yakni Pak Ade tidak jauh dari tempat kita di berhentikan. Kita pun di sambut oleh Pak Ade malam itu dan karena malam telah larut kita langsung di persilahkan beristirahat di rumah Pak Ade yang memang kondisinya telah modern menggunakan Bata dan berkeramik.
Tak kami sangka kondisi di daerah SosTrav kali ini adalah daerah dataran tinggi. Suhu malam hari yang dingin cukup menghantam kami. Tapi ini adalah kenikmatan yang mungkin tidak bisa di rasakan apalagi bagi teman-teman yang tinggal di Kota besar yang panas udaranya. Setiap harinya menhirup udara dari polutan-polutan mobil-mobil angkutan kota dan mesin-mesin pabrik yang tak berhenti menyala.







Keesokan paginya yang kami lakukan adalah menyiapkan snack-snack yang kami bawa ke dalam kemasan-kemasan kecil. Bukan untuk jualan di desa babakan minggu. Tapi untuk di bagikan kepada para warganya. Tidak banyak yang kami bisa bawa. Juga tidak mewah. Tapi ini adalah tanda perkenalan kami kepada masyarakat yang ada di sana. Setelah itu langsung di lanjutkan dengan pencarian rumah-rumah Ter-ter-ter yang ada di sana.. Ter apa nih maksudnya..? Yang pasti bukan yang termewah. Yakni rumah-rumah yang nyaris rubuh, rumah-rumah bilik yang di huni oleh janda-janda tua dan juga rumah yang ter-sederhana di sana. Melalui rekomendasi pak Ade pun akhirnya di dapatkan 5 rumah ter-sederhana itu untuk di huni kami yang jumlahnya ber 10 itu.
Hangat sekali terasa penerimaan warga sana terhadap kami. Hal ini terlihat dari setiap mengunjungi satu rumah kami tidak kurang dari 30 menit. Pasti lebih. Karena meskipun di sebagian kami ada yang tidak bisa berbahasa sunda namun malah asik dengan pembelajaran bahasa sunda di TKP.
Dan Pada waktu dzuhur itu pun bada (setelah) shalat dzuhur bapak-bapak  yang ada di desa itu berkumpul dan kami mengutarakan maksud kedatangan kami ke sana. Khawatir ada yang salah tangkap. Karena ada yang bilang kami di sangka ingin memberi saluran bantuan dari pemerintah. Nah,.. hati-hati dengan hal yang satu ini. Pertama yang kami lakukan harusnya adalah mengutarakan maksud kita apa. Ketika itu kami megutarakan ingin berjalan-jalan dan menimba ilmu dari warga sana. Dan menegaskan bukan utusan dari intansi manapun apalagi sampai ada misi politik dsb.
Sore Hari pun datang..  Bada ashar kami kumpulkan anak-anak Desa Babakan Minggu di halaman masjid yang lumayan luas. Bermain mulai dari melakukan permainan “Kumpu ber….”, Potong bebek angsa, pemainan expresi, berdongeng dan dilanjutkan dengan pengambilan doorprice untuk semua anak, pembagi-bagian snack, susu dan coklat. Lalu menjelang magrib di tutup dengan foto-foto dengan mereka. Terlihat sekali keceriaan mereka bersama kaka-kaka yang datang. Namun juga telihat kesedihan mereka ketika kami harus kembali ke rumah-rumah ter sederhana yang telah di tentukan sebelumnya.
Setelah pulang dari bermain bersama anak-anak Desa Babakan Minggu akhirnya kami kembali ke rumah masing-masing. Malakukan apa yang di lakukan pemilik rumah. Sesuai kesepakatan kami. Namun tak begitu berat karena di malam hari memang kegiatan yang ada adalah beristirahat. Jadi kami pun mempersiapkan istirahat terbaik untuk esok hari yang akan lebih menyenangkan. Namun di malam hari nya itu kami sempat membantu Pak Ory yang pekerjaannya sebagai penjual cireng untuk mencetak cirengnya. Agar ketika keesokan harinya pak Ory hanya tinggal menggoreng saja. Tak lama itu pun sebelum jam 9 malam kami telah pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat. Rencananya di esok hari kami akan berkebun dan ada juga yang menemani Pak Ory untuk berkeliling kompleks untuk berjualan cireng. Hari Esok akan lebih menyenangkan.


















Pagi pun tiba.. jam 5 pagi kami sudah bangun selain karena dinginnya udara pagi di sana juga karena kewajiban untuk menunaikan ibadah di pagi hari. Dan jam 6.15 kami berangkat ke kebun yang ternyata jaraknya tak dekat. Sebagian anak-anak ikut bercocok tanam membantu orang tua nya. Anak-anak yang bermain di halaman masjid bersama kami sore kemarinnya. Tak kami sangka bahwa kebun yang warga Desa Babakan minggu tanami memiliki waktu tempuh 1-2 jam berjalan kami. Kami Sampai di tempat tujuan tepat jam 8.15. Berarti 2 jam tepat. Dan ini mereka lakukan setiap harinya. Dhasyat. Mungkin lebih tangguh dari para pendaki juga ranger yang selalu menjaga gunung-gunung yang ada di Indonesia. Setelah sampai di atas kami langsung mengambil alih pekerjaan masing-masing. Ada yang mencangkul dan menggemburkan tanah, ada yang memanen wortel, dan juga ada yang memanen kentang. Hal ini sangat menyenang

kan, jarang-jarang kami bisa melihat wortel di cabut langsung dan juga melihat hamparan luas lahan yang Tuhan ciptakan begitu indah dari atas sana. Tak di sangka bahwa sekitar jam 10an kami di hidangkan makanan-makanan begitu lezat yang di buat langsung di sana. Di saung ternyata terdapat tungku dan juga beberapa alat masak yang sudah ada di atas. Begitu indah kehidupan mereka. Seperti di surga. Semuanya mereka tinggal petik dan masak. Dan kami pun dengan lahapnya makan setelah berlelah-lelah memanen dan menggarap tanah di sana. Semua nya terasa nikmat luar biasa. Serba alami saking alaminya kami makan beralaskan daun pisang dan dan berbumbukan canda tawa.







Perjalanan belum berakhir sampai sana.. Masih ada perjalanan lagi ke Curug yang ada di sana. Curug ciawer. Jarak turun menuju curug ciawer sekitar 1 jam perjalanan. Setelah berkeringat di atas tidak ada salahnya untuk sejenak berbasah-basahan menikmati dinginnya air di curug Ciawer ini. Air yang dingin ini membuat orang teriak bebas ketika jatuh bebas di atas kepala. Segeeer.. Dan Setelah ini di lanjutkan dengan  pulang dengan melewati pabrik the cisaroni.

Berat rasanya untuk berpisah. Namun tidak ada pilihan untuk ini. Dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan. Namun sebelum pulang kami yang sepakat untuk tidak merepotkan rumah di mana kami bermalam, maka kami membuat bingkisan berupa sembako untuk di berikan kepada warga yang sudi menampung kami ketika itu. Sedih. Untuk mengobatinya kami melakukan foto bersama terakhir di depan masing-masing rumah. Kepergian kami di antarkan anak-anak desa sampai ke jalan raya.. Dengan lambaian tangan yang tak pernah bisa kami lupa..