JALAN-JALAN MEN...!!!

Terinspirasi dari salah satu channel YouTube yang menyajikan
tayangan jalan jalan di suatu kota akhirnya ada yang namanya kisi 02 Edisi
SosTrav.. Sosial Traveling.. Perpaduan antara JALAN-JALAN MEN..!!! Dengan
Acara, “ Jika Aku Menjadi...” Dan jadilah
#SosTrav.

Kali ini kisi 02 akan menceritakan ngapain aja sih SosTrav itu..? Kebetulan daerah tujuan SosTrav adalah Garut. Kota yang sangat luas dan tidak terlalu jauh dari Bandung. Namun masih banyak desa-desa yang sederhana dan rumah-rumah bilik yang berdiri di kaki-kaki gunung. SosTrav kali ini kita JALAN-JALAN MEN ke kaki gunung Papandayan. Di lokasi perkebunan teh cisaroni di desa Babakan Minggu.
Perjalan di mulai malam hari dari bandung. Jumat malam di mana semua urusan perkuliahan dan juga perkantoran teman-teman yang lain tengah selesai. Barang bawaan kita persiapkan sebelumnya seperti snack-snack kiloan untuk mengadakan acara di sana, chiki permen, susu dan colat kesukaan anak-anak untuk di jadikan hadiah untuk anak-anak di lokasi SosTrav di garut. Tak lupa satu-persatu dari kantong kita pun diisi beras dan sembako secukupnya untuk keperluan makan di lokasi SosTrav nanti. Jangan sampe setelah tiba di lokasi kita malah memberatkan warga sekitar.
Angkutan menuju Garut hanya ada Elf dan juga ada bis kecil, itu pun ada di siang hari. Tapi alternatif yang bisa di ambil malam itu adalah elf. Kebetulan elf yang kita gunakan adalah tujuan Cikajang Garut. Harga elf untuk sampai garut sebesar 15rb per orang. Itu adalah tarif hasil tawar menawar sebelumnya. Kita manggunakan elf jurusan Bandung-Cikajang. Malam itu kita yang bermodalkan Nomor Handphone dan Alamat Desa kitapun nekat menuju desa sasaran. Dan di persimpangan yang gelap turun dari elf harus menggunakan angkot menuju desa lokasi. Beruntungnya jumlah kita yang ber delapan membuat supir angkot mau melayani dengan sistem borongan. Jadi perjalanan tambah menyenangkan dan mudah. Naik Angkot dengan harga 7rb sekali jalan kita langsung di antar di desa yang di tuju. Ternyata rumah ketua RT setempat yakni Pak Ade tidak jauh dari tempat kita di berhentikan. Kita pun di sambut oleh Pak Ade malam itu dan karena malam telah larut kita langsung di persilahkan beristirahat di rumah Pak Ade yang memang kondisinya telah modern menggunakan Bata dan berkeramik.

Keesokan paginya yang kami lakukan adalah menyiapkan snack-snack yang kami bawa ke dalam kemasan-kemasan kecil. Bukan untuk jualan di desa babakan minggu. Tapi untuk di bagikan kepada para warganya. Tidak banyak yang kami bisa bawa. Juga tidak mewah. Tapi ini adalah tanda perkenalan kami kepada masyarakat yang ada di sana. Setelah itu langsung di lanjutkan dengan pencarian rumah-rumah Ter-ter-ter yang ada di sana.. Ter apa nih maksudnya..? Yang pasti bukan yang termewah. Yakni rumah-rumah yang nyaris rubuh, rumah-rumah bilik yang di huni oleh janda-janda tua dan juga rumah yang ter-sederhana di sana. Melalui rekomendasi pak Ade pun akhirnya di dapatkan 5 rumah ter-sederhana itu untuk di huni kami yang jumlahnya ber 10 itu.
Hangat sekali terasa penerimaan warga
sana terhadap kami. Hal ini terlihat dari setiap mengunjungi satu rumah kami
tidak kurang dari 30 menit. Pasti lebih. Karena meskipun di sebagian kami ada
yang tidak bisa berbahasa sunda namun malah asik dengan pembelajaran bahasa
sunda di TKP.
Dan Pada waktu dzuhur itu pun bada (setelah)
shalat dzuhur bapak-bapak yang ada di
desa itu berkumpul dan kami mengutarakan maksud kedatangan kami ke sana.
Khawatir ada yang salah tangkap. Karena ada yang bilang kami di sangka ingin
memberi saluran bantuan dari pemerintah. Nah,.. hati-hati dengan hal yang satu
ini. Pertama yang kami lakukan harusnya adalah mengutarakan maksud kita apa.
Ketika itu kami megutarakan ingin berjalan-jalan dan menimba ilmu dari warga
sana. Dan menegaskan bukan utusan dari intansi manapun apalagi sampai ada misi
politik dsb.

Setelah pulang dari bermain bersama anak-anak Desa Babakan
Minggu akhirnya kami kembali ke rumah masing-masing. Malakukan apa yang di
lakukan pemilik rumah. Sesuai kesepakatan kami. Namun tak begitu berat karena
di malam hari memang kegiatan yang ada adalah beristirahat. Jadi kami pun
mempersiapkan istirahat terbaik untuk esok hari yang akan lebih menyenangkan.
Namun di malam hari nya itu kami sempat membantu Pak Ory yang pekerjaannya
sebagai penjual cireng untuk mencetak cirengnya. Agar ketika keesokan harinya
pak Ory hanya tinggal menggoreng saja. Tak lama itu pun sebelum jam 9 malam
kami telah pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat. Rencananya di esok
hari kami akan berkebun dan ada juga yang menemani Pak Ory untuk berkeliling
kompleks untuk berjualan cireng. Hari Esok akan lebih menyenangkan.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar